Minggu, 06 Oktober 2013

Penikmat Uang

    Bukan hal baru jika kabar burung berhembus di telingaku. Bukan seperti bangun tidur lagi. Bukan seperti rangkaian omong kosong yang terucap di ujung bibir mereka. Semua tau,semua menggunakan otak kecil mereka untuk menganalisis kehidupanmu.
     Dengan apapun,kau bisa melakukan hal seenak jidatmu berkata. Tak ada yang tahan jika tip dan cek dengan mudahnya kepada mereka yang gelap mata. Tersenyum diantara kelicikan politik uang. Uang disakumu,melayang bebas kemana kau lemparkan. Tersenyum lagi,untuk mereka yang bodohnya melompat,berebut kekayaan yang kau sombongkan itu.


     Hal yang paling menyebalkan adalah ketika kau mulai mengeryitkan dahi,terlebih jika selembaran uang tak masuk dalam rekeningmu. Kau marah, menuntut agar jatah harianmu dapat kau cicipi bagaimanapun keadaannya. Kau mengamuk, untuk mereka yang tetap setia memberikanmu beberapa kesenangan yang kau rasakan. Mereka hanya menghembuskan nafas panjang. Demi kau, mereka mempertaruhkan apa yang kau inginkan. Agar kau terus bahagia, sepertinya usia paruh baya itu harus bekerja hingga tutup usia.
     Tapi, kau dengan gobloknya memanfaatkan mereka dan uang yang mereka punya untuk tindakan yang tak seharusnya kau lakukan. Kau menghabiskan berjuta-juta agar kau dan teman-temanmu yang penuh tawa itu dapat meminum beberapa gelas whisky atau bergelayut pada pelukan-pelukan wanita jalang. Pulang malam, dan tertidur dengan dibalut wangi rokok ataupun minuman haram lainnya kau menyisakan tanya besar pada setiap kerutan yang tercipta di kening kedua orang tuamu : apakah kita salah mendidik putra tunggal kita?
     Uang orang tuamu,jadi acuanmu untuk menggerakkan hidup dan perasaan orang lain. Uang orang tuamu, kau buat habis hanya untuk di hambur-hamburkan. Uang orang tuamu juga, yang membuatmu gelap mata, mengukir kemarahan yang selalu tercipta dalam dadamu. Dan sasarannya hanya satu : orang tuamu.
   Akhirnya, keadilan hati pun ditegakkan olehNya. Lihatlah sekarang. Hidup tak selamanya abadi. Semua diciptakan dengan takdir kematiannya masing-masing yang hanya diketahui oleh Tuhan. Dan kau pasti tahu, mereka sakit. Kedua orang tuamu sekarat. Mereka sudah tua, sudah harus pensiun. Tapi mereka harus tetap mencari uang semata-mata untukmu. Mereka tetap bekerja hingga Tuhan memutuskan mereka beristirahat panjang, untuk menghilangkan rasa lelah dan capai yang menggerogoti tubuh renta mereka. Mereka harus beristirahat di pelukanNya. Mereka akan beristirahat di surga.
    Aku yakin sekarang kau pasti kalut. Disaat-saat seperti ini, aku yakin kau akan bingung bagaimana caranya mendapatkan uang. Kau pasti bersedih karena lembaran-lembaran merah tak lagi berpihak padamu. Lembaran-lembaran biru pun tak lagi dapat memuaskan keinginanmu yang meletus tiada henti. Mereka yang dulunya mengaku teman baikmu perlahan meninggalkanmu sambil tertawa-tawa;tak peduli lagi padamu dan kemelaratanmu. Sejak awal, mereka hanya ingin uangmu. Dan ketika kau tak punya itu, mereka tak punya alasan untuk tetap berteman denganmu.
    Kau mengais tanah makam orang tuamu, apakah dapat mengembalikan semuanya? Kau merintih di depan nisan mereka, apakah mereka bisa memberimu uang seperti yang dilakukan mereka selagi masih hidup? Kau menangis, mengadu, mengeluh di hadapan mereka, meminta agar semuanya kembali seperti dulu, dan kau berjanji tidak akan mengulanginya kembali. Tapi terlambat. Sungguh terlambat. Tuhan telah menegurmu dengan keras. DiberikanNya ujian dimana kau akan terlahir kembali dengan pemikiran yang lebih baik lagi. Dan lihatlah, Inilah penyesalanmu.
    Kuharap, ketika nanti aku melihatmu lagi, kau akan menjadi apa yang selama ini Tuhan inginkan;yang sama seperti hamba tuhan yang lain : mensyukuri hidup dengan orang-orang yang menyayangimu.




 



 Maria Tanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your comment?????