Rabu, 05 Desember 2012

Khatulistiwa Dan Musim Salju

"Jam berapa sekarang,sayang?"
"Jam 3 pagi. Ah,aku masih sedikit mengantuk"
"Sayang sekali," sesal suara di ujung sana. " aku harus tidur,besok aku ada mata kuliah yang tak boleh tertinggal. Kita tidur,oke? Night,my dear"

Tut tut tut

Aku mengucek mataku perlahan. Samar-samar,namun terlihat jelas. Aku,dikamarku. Sendiri. Aku sudah sepenuhnya bangun. Bangun di tengah malam buta yang menyesapkan haw
a dingin khasnya. Aku sedikit bergidik. Mataku terbuka lebar. Sekejap saja aku menyadari bahwa dia tadi meneleponku. Tapi aku terlalu mengantuk untuk memilah kata saat bicara padanya.

Aku memiliki alat rekaman yang biasa kugunakan secara otomatis jika dia meneleponku. Kuraih ponselku yang tergeletak tak berdaya di atas bantalku. Kuputar rekaman itu dengan rasa tak sabar. Dan apa yang kudengar hanya suara laki-laki yang bertanya tentang jam yang ada disini;di tempatku berada. Setelah itu,dia mematikan telepon.

Bulir kecil berbekas di pipiku. Hangat. Menghangatku di semilir angin malam yang dingin. Hanya sekejap,aku tak mampu menguasai diriku. Aku meraung,memukul-mukul bantal dan membenamkan mukaku ke dalamnya. Aku begitu kesal dengan rekaman. Ya,rekaman. Dan rekaman itu telah hilang karena saking kesalnya aku melempar ponselku ke dinding. Dan lihatlah,sekarang benda itu hanya menjadi susunan puzzle rumit yang tak bisa disatukan kembali.

Aku benci meninggalkanmu. Di sini,aku tak bisa menggenggam waktu. Aku dikejar detik yang berjalan beriringan dengan detikmu dalam waktu yang berbeda;tak sama. Aku meninggalkanmu ke garis khatulistiwa,dan kau dengan santainya berkutat di dunia bersalju itu. Disini tak sebaik disana. Aku yakin kau berpendapat sebaliknya.

Ketika kau disana mengatakan bahwa aku harus tidur sekarang,aku berfikir. Bagaimana bisa? Pada kenyataannya disini fajar telah terbit,ayam telah berkokok,matahari telah menyemburkan hawa panas yang tak mungkin bsa membuamu tidur lagi.

Ketika aku disini mengatakan bahwa matahari tenggelam sore ini sangat menawan,kau berfikir. Bagaimana bisa? Pada kenyataannya selimutmu sudah kau dekap dalam pelukanmu,dan kau bersiap-siap untuk mati selama beberapa jam hingga matamu terbuka lagi besok pagi.

Semua ini membuatku gila. Perbedaan waktu yang jauh,cuaca yang berbeda,dan kondisi yang beragam membuatku muak. Kita terlihat tak menyatu karena terbentangnya jarak miliyaran kilometer yang tak mampu kita perpendek dengan waktu. Kita jarang bersama karena perbedaan jam yang begitu kompleks. Ini membuatku gila (lagi )

Di manakah kau sekarang,sayang?

Sibukkah?

Kenapa teleponnya selalu jam 3 malam?

Aku lelah ,sayang.

Terbanglah kemari.

Kita bunuh jarak dan waktu yang jahat itu,agar kita bisa bersama lagi.

Kita akan menghentikannya,kita akan bersama

Yah...

Aku merindukanmu.
 
 
 


Maria Tanti

Tentang Sepi

Seharian tetap dalam keadaan seperti ini. Terpukau dalam kepalsuan senyum yang menyembunyikan kelukaan. Semuanya bohong. Aku hanya terlihat bahagia. Sekilas,aku ingin kau tau sejenak bahwa aku harus selalu berpura-pura biasa saja didepanmu,padahal ada gejolak sedih didadaku. Aku seperti putri yang tertawa dengan rakyatnya,padahal dia kesepian.

Engkau pergi,engkau tak ada. Lalu bagaimana denganku
yang telah terbiasa dengan hadirmu? Haruskah aku menghapus siang dan memperpanjang malam untuk mendengar hembusan kabarmu? Aku tak mampu,kau tau. Aku hanya perempuan biasa yang haus akan hadirmu. Aku ingin meraup kasihmu. Aku ingin menelan cintamu agar menyatu dalam aliran darahku. Tapi? Engkau tak ada ! Bagaimana aku bisa sempurna?

Tetap setia tanpa berita. Aku menyambutmu dalam kebisuan perasaanku mengartikanmu. Aku terlalu takut untuk menatap matamu yang tersirat kerinduan yang mendalam. Aku tau,kau begitu menginkan aku terus memahami kesibukanmu mengurus hidupmu. Tanyakan aku,apa aku mau? Tentu saja. Tentu saja aku mau. Lalu bagaimana denganku? Perasaanku mengambang. Aku buta untuk melihat kenyaaan,atau lebih tepatnya,aku sakit tanpamu!

Aku tidak ingin mencari kesenangan semata saat bersamamu. Aku ingin kau menggenggam tanganku dan menghapuskan air mata hatiku yang mengalir deras di sekujur tubuh ketika aku tanpamu. Katakan,bagaimana kau melakukan itu? Kau saja tidak disini,bagaimana bisa kau akan menyenangkan hatiku nanti? Ah. Kau memang tak bisa kumengerti !

Sejujurnya,jika boleh aku egois,maka aku akan menuntutmu menghapuskan sepi di hatiku. Aku akan memaksamu menggenggam tanganku di sela hatiku yang telah tersayat rindu. Aku akan melakukan semua itu untuk membuat hatiku sendiri bahagia. Aku akan melakukannya jika aku sanggup. Tunggu,aku akan melalukannya saat nanti aku bertemu Tuhan. Entah kapan itu,tanyakan pada waktu.

Selamat tinggal.
 
 
 
 


Maria Tanti

Maaf, Aku Cinta Dia

Sudah lebih sebulan kau ikut bersamaku menjelajahi hamparan tawa di ruang cinta. Kita bergenggam tangan. Jejak kaki sepasang terukir di setiap kita mengadah kebawah. Setelah itu kita diam,menatap wajah masing masing yang terlihat polos dan belum mencapai kedewasaan. Masih kuingat saat Hembusan nafasmu mengawali setiap pertemuan yang kita lakukan. Itu satu hal yang tidak bisa kusangkal. Aku tidak b
isa menepis rindu ketika desah nafasmu tak bisa kurasakan meski hanya semenit.

Bukankah ini bagus?

Sekarang,aku benar-benar menyadari. Menyadari hal yang tak kusadari sedari dulu saat aku kini bersamu. Aku merasakannya sekarang. Rasanya,Aku benar-benar seperti mati. Mati dalam kuburan yang khusus kau gali untukku. Aku tak berdaya . Tubuhku tidak bisa diajak kerjasama lagi saat aku bersama denganmu. Anggota tubuhku mulai tidak teratur menjalankan fungsi yang semestinya. Aku hanya bisa diam. Terdiam seperti patung boneka yang cantik. Mungkin kau tidak tau karena kau tak mengerti,meskipun kau mulai menempatkan posisimu sebaga i pacar sesungguhnya di hidupku. Kau hadir, kau datang,kau disini. Untukku,dan lagi-lagi untukku. Aku senang.

Lagi lagi,bukankah ini bagus?

Aku masih ingin bersamamu,melewatkan kesempatan disaat kita tersenyum dan tertawa. Mereka pasti iri pada kita, yang mampu bersama dalam jarak bulan dan bumi. Aku mungkin bisa merasakan cintamu saat kita hanya bertemu di makhluk tidak bernyawa bernama handphone. Dan aku juga yakin semua ucap bibirmu di sela suaramu yang mengalir di handshet ku. Aku tersenyum. Aku juga sayang padamu.

(menghela nafas panjang)

Namun ada yang berbeda. Terlebih saat kita bertemu. Ada yang lain,Ketika tanganmu menyentuh telapak tanganku,ketika jemarimu menggenggam erat jemariku,berusaha menyatu dengannya. Ada yang aneh,ketika senyummu kau lontarkan untuk lelucon konyolmu,ketika matamu mendalamkan sorotannya ke mataku. ketika bibirmu menyatu dengan pipi kiriku. Aku jadi teringat terhadap hari kemarin,bulan kemarin,saat kemarin, dan semua yang terjadi kemarin yang pernah kulakukan dengan seseorang di masa lalu. Waktu itu muncul lagi,kenangan itu timbul lagi. Ya,aku ingat. Aku pernah merasakan perasaan seperti ini !

Tak seharusnya aku mengingat dia,dia yang dulu telah meninggalkanku demi wanita lain. Dia yang mencampakkanku disaat jarak mulai menebar jalannya untuk hubungan kami. Kami masih labil,kami masih belum mengerti sepenuhnya tentang komitmen. Kami masih belajar untuk mengenal apa itu kesetiaan. Tapi memang takdir tuhan berkata yang tak kuduga. Jarak tak mampu membuat kami kembali mencinta. Kami terlambat untuk terbuka,sehingga kebohongan tersebar dan yang tersisa hanya perselingkuhan. Mungkin disana dia telah jatuh pada wanita lain,sehingga dia meninggalkanku. Aku tahu semuanya dari berbagai mata-mata,itu hatiku.

Aku masih ingat,disanalah aku mulai terpuruk. Saat itu aku benar-benar seperti orang lupa. Aku lupa bagaimana caranya untuk bangun. Aku lupa caranya bangkit setelah jatuh terhempas dalam keterpurukan. Aku lupa bagaimana caranya tersenyum. Aku lupa caranya bahagia kembali. Aku lupa segala hal karna yang kuingat adalah dia. Dia,dia yang dulu menorehkan cerita panjang bahagia berujung pahit disini. Dia yang menorehkan senyum dan menghasilkan tawa di sudut penderitanku. Dia yang tidak pernah mengerti arti penantianku menunggunya pulang,tega-teganya dia kembali ke hadapanku dengan menggandeng mesra seorang wanita!

Saat itu.aku masih bisa sembunyi. Berusaha untuk terlihat kuat meakipun sebenarnya aku ingin sekali membunuhnya. Aku ingin balas dendam Sejak kejadian itu aku benci padanya. Temanku juga menyatakan bahwa sifatnya itu tidak baik. Dia jahat. Itu memang benar. Mereka semua tau seberapa besar pengorbananku untuk dia. Mereka tau,aku membunuh diriku untuk membuatnya hidup dan bernafas.

Sering waktu,aku berjalan sendiri. Handphone ini tergeletak di kasur sepanjang hari,hingga esoknya,dan esoknya lagi. Aku begitu yakin hal itu karena tidak akan ada satupun sms yang akan menggetarkannya. Termasuk sms dia.

Aku kesepian. Aku hampa. Aku benar-benar rindu dia. Aku benci dia. Tapi aku tidak bisa menepis bahwa aju masih sayang padanya. Aku masih ingin dia untuk kembali mewarnai hariku. Aku masih ingin dia bersamaku lagi. Aku masih menyayanginya sembari aku terus membencinya. Aku memang tak berdaya hingga akulah yang terluka. Akhirnya aku terlena dan...

Kau datang

Menggantikannya,

Oh,tidak. Tidak. Bukan menggantikannya,tapi 'berusaha' menggantikannya..

Kau memang sudah berusaha dengan keras

Tapi maaf,

Beribu-ribu maaf

Aku tidak bisa

Mencintaimu seperti aku mencintainya

Maafkan aku...
 
 
 


Maria Tanti

Harapan

Lagi lagi,aku mencoba
Mengadahkan tangan dan berdoa
Membuat keajaiban baru
Menggubris kenyataan lalu

Tanganku tak bisa menjamahmu
Jemariku tak mampu mengelana perasaanmu
Langkahku tak kuasa menghentikan jejakmu
Hanya karenamu

Kita bahagia
Tapi terus terluka
Kita terus tertawa
Tapi terus berduka

Aku yakin aku mencintaimu
Meskipun bara itu tak mampu padam
Aku yakin aku menyayangimu
Meskipun dingin itu tak kunjung cair

Lagi lagi,aku mencoba
Mengadahkan tangan dan berdoa
Membuat keajaiban baru
Menggubris kenyataan lalu
 


Maria Tanti