Selasa, 01 Mei 2012

Penggila Asam !

Aku tidak bisa menahan lidahku untuk berhenti makan itu !

Ya beginilah aku. Dari kecil,aku sangat menyukai kata 'makan',terutama makan buah. Mungkin ini bukan makan buah biasa . Bukan makan buah yang membuat berat badan naik,ataupn makan buah yang membuat lipatan perutku bertambah tebal. Bukan itu.

Makan yang sangat aku sukai ini adalah makan buah yang memiliki rasa yang super super super ASAM ! Asam sekali hngga dapat melukai sudut bibirku ketika aku memakannya dalam jumlah banyak. Contonya saja buah mangga muda,buah belimbing kecil (belimbing wuluh),ataupun jeruk masam yang kulitnya masih berwarna hijau dan buahnya masih terkesan keras.



Aku selalu menjadikannya sebagai makanan pengganti nasi. Misalnya saja,hari ini aku makan jeruk masam,pagi sebelum pergi sekolah,kemudian siang saat aku sedang santai,dan malam hari saat aku sedang menonton tipi. Cari segala rutinitas itu, aku bahkan tidak memiliki waktu untuk makan nasi !

Ini adalah rutinitas yang buruk. Mohon jangan ditiru!
Aku terus dan terus melakukannya(makan buah asam) hingga perutku tak mampu lagi menahan asam yang berlebihan. aku mengalami diare hebat yang membuat aku harus bolak-balik kamar mandi. Aku terpaksa minum oralit dan berbagai obat untuk menghilangkan dare yang teru menerus mendatangiku ketika aku makan makanan asam itu.

Dan dalam sekejap,aku sembuh.

Saat aku sembuh,orang tuaku sudah melarangku untuk memakan makanan asam tersebut. Aku mengiyakan mesku hati tak rela. Aku begitu menderita ketika air asam dari belimbing kecil itu tidak membasahi kerongkonganku. Aku begitu sengsara ketika bulir jeruk hijau itu tidak membuat lidahku mengecap. Aku begitu merindukan saat mangga muda itu menyentuh email gigiku yang mulai sensitif karena selalu tergores larutan pH dari buah asam tersebut.

Aku pun secara diam-diam keluar dari rumah untuk membeli buah itu. Aku berkeliling pasar buah hanya untuk mencari 3 buah itu. Di pasar buah sangat jarang ditemukan buah yang asam itu karena sebagian besar pembeli lebih suka buah yang telah masak dan telah manis ketimbang buah yang masih muda bergetah dan masih masam rasanya.

Demi mendapatkan buah itu,Aku harus berpanas-panasan mngelingi pasar buah dengan sepeda ini. Sepanjang jalan,aku terus berpikir,mengapa aku begitu menyukai buah yang tingkat keasamannya keterlaluan seperti ini. Aku begitu candu,seperti pengidap narkoba yang tak kuasa melepas heroin dan shabu-shabu dari pikirannya. Begitulah aku. Aku terlalu menganggap sepele kebiasaan ini,sehingga pada akhirnya aku menderita. Ah,tidak tidak. Aku tidak menderita! Aku bahagia kok dengan makan buah masam itu.

Pencarian di pasar buah telah usai dan tidak ada satupun pedagang buah disana yang menjual buah yang aku cari. Aku sangat sedih dan rasanya sakit sekali didadaku. Kenapa aku tidak menemukannya,kenapa?!

Butiran hangat terasa menumpuk di pelupuk mataku. Semakin terasa berat dan akhirnya menetes tanpa berhenti. Gila. Ini benar-benar gila. Untuk apa aku menangisi hal seperti ini. Toh,besok juga pasti ada.

Tapi aku mau sekarang.

Pulang,dengan muka yang sangat berantakan. Bekas air mata yang masih mengering belum kuusap sama sekali. Rambutku yang tertiup angin sepanjang jalan,sudah kusut. Keringat yang membasahi punggung bajuku menambah kesan bahwa 'berantakan'nya diriku tanpa buah itu.

Orang tuaku marah,ketika tau aku kabur dari rumah hanya untuk mencari buah masam. Aku hanya terdiam memandangi mereka yang membentakku dan menasihatiku dengan berbagai macam kata yang membuatku pusing. Aku sudah terlalu lelah mencari,dan aku juga lelah mendengarkan mereka menyalahiku atas keinginanku yang sederhana. Aku tida, meminta sesuatu yang muluk-muluk kepada mereka. Aku tidak meminta barang mewah kan? Aku hanya minta buah masam 1kg yang harganya mungkin hanya 5ribu. Ini tidak sebanding,apa sih salahnya jika......


-----------------------------------------------------------------------------



Ketika aku membuka mata,aku sudah terbaring di kamarku. Kepalaku sedikit pusing. Aku mencoba mengingat kejadian tadi,disaat pikiranku kacau oleh 2 hal yang menekan,menyudutkanku dan setelah itu,aku tidak ingat apa-apa lagi.

Ayah masuk ke kamarku. Dia mentapku yang terbaring di kasur. Entah apa yang ada dipikrannya,aku tidak tahu. Otakku benar-benar polos untuk mengartikan bahasa tubuh ayahku saat ini.
Ayah menyerahkan sebuah kantong plastik kecil sambil tersenyum. Aku menerimanya dan membukanya. Kepalaku ang pusing kini sudah tidak lagi ketika aku menatap isi kantong tersebut.


5 buah jeruk masam !

Hatiku sangat gembira. Aku langsung mengelupas kulit jeruk itu tanpa menghiraukan ayah yang memandangku heran. Aku tidak peduli. Yang penting aku mau buah ini.

Iseng-iseng aku bertanya pada ayah,dimana dia mendapatkan buah masam ini. Padahal aku sudah mencarinya hingga sampai ke pusat kota,tetapi tidak menemukannya. Ayah terlihat ragu menjawab pertanyaanku. Setelah aku paksa dengan sedikit ngambek,ayahpun memberitahukan bahwa beliau mendapatkan dari teman kerjanya,Hendriyanto.

Aku mengangguk-angguk. 5 Buah jeruk tadi sudah habis,masuk ke dalam perutku. Aku masih pengen makan lagi. Tapi,gimana aku bisa mendapatkannya lagi?

Teman kerja ayah,iya! Benar juga,mungkin aku bisa menghubunginya sebentar,hanya untuk meminta buah jeruk masam,itu bukan hal yang merepotkan kok.

Aku mengendap-endap masuk ke ruang kerja ayah. Disana banyak arsip yang tersusun rapi berjejer disetiap rak. Aku mencari arsip mengenai profil pegawai kantor ayah. Dengan mudahnya aku menemukannya,karena dulu ayah sering sekali memintaku untuk merapikan susunan arsip ini.


''Nama : Hendriyanto
Alamat : Jl. Keajaiban no.5,jambi ''

Setelah mengetahui alamat teman kerja yang ayah maksud, aku segera pergi kesana. Berbagai rasa asam mulai bergerombol di lidahku. Aku sudah membayangkan bagaimana enaknya jeruk-jeruk itu.

Aku sudah sampai dirumah besar itu. Aku bertemu dengan teman kerja ayah dan aku memperkenalkan diri dengan sopan. Setelah sedikit berbasa-basi. Akhirnya aku menyampaikan niatku datang kemari. Beliau tertawa. Beliau sedikit merasa heran padaku. Mungkin karena kebiasaanku yang aneh ini. Ah,,apa iya aku aneh?

Beliau mengajakku ke belakang rumahnya dan aku begitu takjub melihatnya. Di halaman belakang rumahnya ada 3 macam pohon,pohon mangga,jeruk,dan belimbing, semuanya masih muda,belum bisa dipetik karena belum masak. Tapi inilah yang aku suka.

Beliau mengizinkanku untuk memetik buah yang aku mau. Aku sangat gembira. Aku kemudian mendekati buah belimbing dan sedikit melompat untuk mengambilnya. Beliau ikut membantu mengambil buah mangga yang jauh diatas dengan menggunakan bambu. Sangat menyenangkan sekali sampai- sampai semua buah yang kami kumpulkan terasa sangat banyak. Mungkin ada 5 kg !

Saat pulang,aku berulang kali mengucapkan terima kasih kepada beliau. Beliau hanya tertawa dan mengiyakan. Tak lupa pula ia mengingatkanku untuk tidak berlebihan memakan buah-buah itu. Dia pasti mengetahui resiko mengonsumsi buah masam itu dalam jumlah banyak. Aku hanya tersenyum simpul. Aku tidak bisa berjanji untuk hal seperti itu. Akan sangat berdosa jika pada akhirnya aku melanggar janji itu seandainya aku mengiyakan larangannya. Maafkan aku.

Aku pulang dengan sepeda yang diisi oleh kantong plastik besar. Aku berada dijalan,namun Aku seperti berada diatas awan. Kebahagiaan jelas terpancar di wajahku. Ini sebuah anugrah. Terimakasih Tuhan,ternyata kau mendengarkan doaku.

Saat sampai dirumah,aku mengendap-endap ke jendela kamarku,membuka gordennya dan meletakkan kantong itu perlahan. Setelah kupastikan kantong itu mendarat dengan selamat di lantai kamarrku,aku langsung masuk ke rumah dengan sikap yang biasa saja. Orang tuaku juga tidak curiga kepadaku. Aku kedapur dan mengambil pisau,mangkuk yag berisi air,dan piring. Aku membawanya ke kamar. Disanalah aku memulai pesta kecilku sendirian. Sendirian dengan rasa bahagia yang tak terkira.

Aku mengelupas satu per satu buah itu. Beberapa mangga aku potong kecil kecil. Dan aku mulai mencicipi jeruk yang benar-benar luar biasa asam. Gila. Wajahku sampai berkerut karena asam nya buah itu. Dan setelah itu,aku lanjutkan lagi dengan makan buah belimbing dan buah manggga yang sudah kupotong-potong tadi. Aku makan mungkin sudah mencapai 15belimbing,12jeruk,dan 9mangga. Ah,nikmatnya!

Tiba-tiba,perutku sakit. Aku mendiamkannya karena aku mengangggap itu hal biasa saat aku makan buah ini kenmarin-kemarin. Namun ini berbeda. Rasa sakit ini begitu menusuk perutku sehingga aku menggelinjang kesakitan di lantai. Sakit sekali. Wajahku berubah menjadi pucat.aku mendadak menjadi lemas. Bahkan untuk berdiri saja aku tidak sanggup. Akupun berteriak kencang memanggil orang tuaku. Derap langkah kaki orang tuaku semakin dekat. Saat itulah aku merasakan tingkat kesadaranku menurun. Aku menutup mataku dan sayup-sayup terdengar berbagai suara berteriak memanggil namaku.


--------------------------------------------------------------

Saat aku membuka mata,bunyi berisik dari ruangan putih mememenuhi rongga telingaku. Mungkin bunyi itulah yang membangunkan tidur nyenyakku. Ah. Aku sulit sekali benafas. Alat ini menutupi daerah hidungku sehingga aku sedikit merasa janggal ketika bernafas. Aku tidak bisa bergerak karena terasa nyilu di bagian perut sebelah kanan. Setelah aku perjelas lagi pandanganku,aku sadar. Aku berada di rumah sakit

Orang tuaku melihatku yang sudah siuman bergegas menghampiriku. Wajah pilu mereka terpancarkan di sela-sela senyum mereka untukku. Ah,sekali lagi,aku telah mengecewakan mereka.

Dokter mengattakan bahwa lambungku mengalami kebocoran yang parah sehingga aku harus menjalani operasi cangkok lambung. Entah bagaimana aku bisa mendapatkan lambung cangkokan itu. Setahuku,lambung cangkok itu sangat sulit didapatkan. Selain itu,untuk menjalani operasi inipun kemungkinannya kecil sekali untuk bisa disatukan dengan tubuhku.Tingkat keberhasilan dari cangkokan ini hanya 25-30%. lagipula, Sistem imun akan menolak dengan keras,menyebabkan kerusakan yang parah pula untuk tubuhku.

Aku yakin orang tuaku berusaha sekuat tenaga ntuk mencarikan lambung cangkokan untukku. Pihak rumah sakit pun juga mengubungi pihak rumah sakit lainnya untuk informasi tentang lambung cangkokan.

5 hari sudah berlalu,keluarga dan teman-teman menjengukku. Mereka memberikan doa dan semangat agar aku cepat sembuh. Padahal,yang terjadi sekarang tubuhku semakin jauh dari kata 'sembuh'. Aku tidak bisa makan apapun dan hasil ekskresiku disalurkan melalui hidung. Jujr saat itu aku sedih. Entah sampai kapanaku akan melakukan rutinitas ini. Terbaring,tidur,bangun,dan tidur lagi.

Tapi tuhan berkata lain. Daat teman-temanku dtang menjegukku untuk ang kedua kalinya, Saat itu pula dokter datang dan memberikan kabar gembira pada orang tua yang saat itu menemaniku dan teman-temanku. Dokter mengatakan bahwa aku akan melakukan operasi besok karena pihak rumahh sakit telah menemukan lambung cangkokan. Operasi dilakukan besok mengingat kondisi lambungku yang semakin hari semakin parah




Aku terus berdoa bersama orang orang yang aku sayangi. Harapan untuk sembuh dan mengakhiri semua tetek-bengek di rumah sakit ini mulai muncul. Atas ijin Tuhan,aku pasti bisa melewati operasi ini

Hari yang menegangkan pun tiba. Aku diberi pakaian hijau. Sekilas aku melihat orang tuaku menangis,menangis saat mendekatiku dan melepaskanku ke ruang operasi. Dengan sorot mata dan senyuman aku sudah bisa membuat harapan kecil di hati mereka. Aku bicara,tapi hanya gerak bibirku yang terucap. Ahh.. Aku tau mereka pasti mengerti apa yang aku maksud.

Saat perjalanan menuju ruang operasi,au terus menerus berpikir tentang buah masam itu. Buah itu yang menyebabkan aku bahagia,buah itu pula yang menyebabkan aku sengsara. Dan kebahagiaan yang aku peroleh seimbang dengan apa yang aku rasakan sekarang. Aku tidak menyalahkan siapa-siapa karena aku tidak menyesal dengan apa yang aku lakukan sehingga aku bisa sekarat seperti ini. Hanya saja aku kecewa karena hatiku sulit sekali menolak untuk berhenti. Berhenti untuk memakan buah itu dan berhenti untuk membuat orang tuaku khawatir.

Jika memang suka dengan,kita akan senantiasa untuk berusaha menggapainya,mekipun itu sulit. Sama sepertiku,itulah yang aku rasakan kemarin. Aku begitu suka pada buah itu sampai-sampai aku tidak bisa membedakan yang mana bahagia dan mana bahaya. Hingga inilah ''buah'' sebenarnya yang mesti aku petik dari hasil perbuatanku.

Aku ingin sekali meminta maaf pada ayah dan ibuku. Aku tau aku salah. Aku tau aku sudah membangkang mereka untuk berhenti memakan buah itu. Mereka pasti kecewa karena aku terperosok jauh dalam candu yang tak bisa dihilangkan. Aku yakn mereka kesal meskipun mereka tidak pernah menunjukkannya padaku. Aku tau mereka pasti begitu mencintaiku. Ingin sekali aku berbisik pada mereka ,'' aku sayang ayah dan ibu selamanya''


----------------------------------------------------------------------


6 lampu operasi dihidupkan tepat 1 meter di atas perutku. Aku masih sempat menyadarinya sebelum suntikan bius menurunkan kesadaranku. Suntikannya sakit sekali. Hingga aku benar-benar tidak sadarkan diri. Aku terlelap dan tidak pernah membuka mataku lagi



Sampai sekarang pun,aku masih telelap dari tidur panjangku. Entah sampai kapan aku bisa terbangun dan menatap mereka,orang-orang yang mencintaiku. Jika aku tidak bisa bertemu mereka sekarang,biarkan Tuhan menjanjikan surga untuk kita bertemu lagi







My short story

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your comment?????