Senin, 17 September 2012

Posesif !

Pelajaran pertama dan kedua telah selesai. Bunyi bel suah meraung-raung disumber suara yang terletak di atas dek masing-masing kelas. Aku menginjak lantai di depan pintu dengan senyum melebar. Di sudut seberang kelas,sesosok mata tajam memperhatikan gerak gerikku yang mulai kuketahui sedetik yang lalu. Mata itu,aku mengenalnya. Bukan asing lagi bagiku untuk menyadari adanya pemerhati di setiap perpindahan anggota tubuhku. Aku sudah tahu. Itu pasti kamu.

Aku melirik,perlahan tapi pas untuk menangkap sosok mungilmu di seberang. Posisimu masih sama,hanya saja disekelilingmu banyak teman-temanmu yang juga mengamati hiruk-pikuk siswa yang mulai menikmati waktu istirahat sekolah. Pandanganku kembali kukosentrasikan ke langkah kecilku. Sedikit mengulum senyum simpul,betapa lucunya cinta remaja yang ternyata masih malu-malu kucing. Saling melirik diam-diam,namun saat mata itu bertemu,malah saling membuang muka.



Saat aku mulai membawa tubuhku ke koridor kantin,temanmu yang notabene temanku juga,menghampiriku. Dia bertanya tentang komputer,gadget yang dia tidak mengerti. Aku menunda waktuku ke kantin. Hanya sebentar,menjawab berbagai pertanyaan bodohnya,setelah itu aku pergi,dia pun juga meninggalkan tempat kejadian. Tidak ada yang aneh,tidak ada yang spesial. semuanya biasa saja.

Tapi tidak denganmu.

Kamu mulai menunjukkan wajah tak suka. Bibirmu sudah membuat garis seperti cermin cembung. Tanganmu erat menggenggam tiang balkon. Badanmu menjadi tegang,hatimu mungkin sudah tak karuan. Entah apa itu artinya aku tidak mengerti.

Sejurus kemudian,kamu mulai mencercaku dengan tuduhan-tuduhan yang tak kumengerti. Kamu mendesakku untuk mengakui hal yang ingin kamu dengar,kejujuran yang menguak kebohongan yang bahkan tidak aku lakukan. Kamu menyudutkanku dengan mengungkit pertemanan antara kita bertiga. Bagimu,tidak ada yang bisa aku perbuat selain melambungkan kata maaf. Kamu begitu antusias mengungkapkan kalimat dan frase-frase yang menyatakan dirimu benar dan dirimu menang.

Aku,menelan ludah pahit dari tenggorokanku sendiri. Mencoba berfikir rasional tentang apa yang terjadi. Ini sebuah kesalahan dari sikapmu yang terlalu posesif.
Aku memejamkan mata hingga yang terlihat hanya gelap. Disana kembali mencuat kenangan kita yang rusak karena sikapmu. Entahlah.

Aku tahu,kamu memang cemburu. Akupun juga merasakan hal yang sama jika kamu juga melakukan hal yang sama. Hanya saja,aku mungkin bisa mengendalikannya ketika aku bertanya denganmu prihal kedekatanmu dengan temanku. Tanpa harus melabrak,tanpa harus menghasut,tanpa harus emosi.

Aku tahu,memang kamu begitu sayang padaku,sampai-sampai kamu takut aku berpaling. Tapi cara yang kamu lakukan itu tidak benar. Kamu mengekang aku ,kamu melarang aku untuk bergaul,kamu melarang aku untuk ini,untuk itu yang bisa saja menyiksa batinku secara perlahan.

Bukankah ada pepatah bilang, pacaran(cinta) itu seperti burung dalan genggaman tanganmu. Kamu sebagai pemiliknya harus bisa menjaganya dengan baik. Jika kamu tidak bisa menggenggamnya dengan erat,burung itu bisa saja terbang entah kemana,tanpa kabar. Namun,jika kamu menggenggamnya dengan sangat erat,burung itu bisa mati dan tidak akan pernah bisa kamu miliki lagi.

Dari pepatah itu kita bisa belajar,dan mengerti bahwa untuk mempertahankan sebuah cinta kita itu,cukup dengan rasa sayang yang wajar dan rasa kepercayaan yang besar untuk tetap bersama orang yang kita sayang. Jika kita memang sayang sama orang itu,kita akan percaya juga. Itu lah makanya pasangan itu bisa langgeng.

Begitupun juga aku denganmu. Aku juga menyayangimu. Demi langit,aku cinta padamu. Aku juga takut kehilangan kamu. Aku ingin menggenggam erat tubuhmu. Aku ingin terus bersama kamu mengarungi kerasnya cahaya kehidupan. Aku masih ingin memelukmu saat dunia mulai menghujatku. Aku ingin tinggal denganmu saat aku mulai ditinggalkan. Aku masih dan aku ingin melakukan banyak hal denganmu. Karena aku sayang kamu


Mengertilah..





Maria Tanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your comment?????